Risalah
Thariqah Naqsyabandy
oleh
Al-Habib Abdurrahman Al-Aydrus
Segala puji Allah Yang Maha Berdzikir bagi diriNya
sendiri. Shalawat dan salam atas sebaik-baik pilihan sebagai solusi dalam jalan
Thariqah ini untuk menambah rasa rindu. Dan kepada keluarganya yang mengkhususkan atas (rahasia) maknawiy baik bathin
maupun dhahir .
Dan kepada para sahabatnya yang memiliki mata hati yang bercahaya sebagaimana
kilauan cahaya matahari pada jalan Thariqat dan Haqiqat.
Thariqat Naqsyabandy berbeda dengan Thariqat yang
lain pada hal pengambilan ( silsilah ) mereka, sekalipun saat ini pengamalannya
tidak terlalu mudah dan juga tidak terlalu menguras tenaga. Hal tersebut juga
berlaku kepada yang lain.
Aku ingin setelah masa pencarian ini, menjadikan
risalah tersebut sebagai risalah patokan para salikin. Dibuka melalui jalan
valid dan penuh hidayah, melalui firman Allah :
وَ
الَّذِيْنِ جَاهَدُوْا فِيْنَا لَنَهْدِيَنَّهُمْ سُبُلَنَا وَ إِنَّ اللهَ مَعَ
الْمُحْسِنِيْنَ
“Adapun orang-orang yang bersungguh-sungguh
di jalan Kami niscaya akan Kami tunjukkan jalan-jalan Kami dan Sesungguhnya
Allah bersama dengan orang-orang yang berbuat baik”.
Al-Habib Abdullah bin Abu Bakar Al-Idrus berkata : “Jangan
kamu kira rahasia ini terbatas untuk seorang saja bahkan risalah ini untuk
semua orang”. Barangsiapa yang berada disekitar limbah sampah maka tidak
akan pernah menemukan nikmatnya sebuah rahasia ini. Barangsiapa yang
bersungguh-sungguh, pasti ia akan temukan rahasianya. Rahasia dari segala
rahasia adalah bersungguh-sungguh (mujahadah). Al-Habib Abdullah bin Abu Bakar
Al-Idrus berkata : “Barangsiapa yang menginginkan Shofa Rabbany (mata hati
yang bersih) maka hendaknya bangun di tengah malam (mujahadah)”.
Perumpamaan para salik dalam menempuh thariqat ini
seperti halnya orang-orang yang memasuki pintu-pintu masjidil haram untuk
menuju ka’bah meskipun tidak melalui pintu yang terdekat. Bisa jadi orang yang
lewat pintu terjauh lebih cepat sampai daripada pintu terdekat. Alasan yang
pertama karena jalannya dan yang kedua karena lambat. Wahai murid, Perlu kamu ketahui
! Bahwa menyibukkan hati batin itu bermacam-macam
Yang pertama, Dzikir ismudzat metode dzikir
yang seperti ini pelaku merasa hina di waktu luangnya ia melakukan hal-hal
khorijiyyah (aspek luar) seperti halnya mendengarkan perkataan manusia dan
hal-hal dakhiliyyah (aspek dari dalam) seperti rasa lapar, marah, sakit
dan kenyang kemudian hendaknya ingat mati dan ingat kepastian bertemu Allah,
beristighfar kepada Allah dari maksiat yang dikerjakan dengan cara menutup
kedua mulutnya, menutup kedua matanya, mengunci lisannya pada langit-langit
mulutnya, mengerahkan semangatnya/himmahnya, dengan menghadapkan ke hati
sanubari sebelah kiri. Letaknya dibawah puting susu kiri (kira-kira) 2 jari.
Inilah yang disebut hati sanubari dzikir yang dimiliki oleh Hati
Haqiqiy termasuk juga ‘alam al-amry atau wadah. Disebut juga Al-Haqiqah
Al-Jami’.
Meletakkan Lafdzul
Jalalah pada hatinya, melafalkan pada lisan hatinya, nafasnya ditahan serta
mengulangnya dengan sekuat tenaga. Agar pengaruh dzikir bisa membekas pada
dlohirnya. Sekiranya tidak lagi merasakan orang yang duduk disekitarnya dan
menjadikan seluruh waktunya digunakan untuk berdzikir baik siang/malam, tidak
meninggalkan dzikir karena sibuk, karena udzur, atau tidak mampu berdiri,
duduk, tidak mampu dengan ruku’ atau
sujud, tidak bisa istiqomah ataupun jarang dzikir, tidak pula (meninggalkannya)
dalam keadaan susah/senang maka biasanya akan tampak yang dimaksud (merasakan) rasa
panas yang sangat, kelembutan maknawiy, kobaran batin serta gerakan jiwa
Maka yang demikian itu disebut sebagai Sultan Dzikir (dikuasai
dzikir). Seharusnya bagi murid untuk selalu berdzikir sebenar-benarnya, penuh
semangat, dengan perasaan hadir hingga mendarah daging sehingga dzikir dan hudlur
menjadi istana dalam hatinya, seperti pendengarannya Dzat Yang Maha Mendengar,
penglihatannya Dzat Yang Maha Melihat sampai-sampai bila seandainya ia tidak
melaksanakan dzikir, ia tidak merasa hilang bahkan tetap terkendali.
Jalan inilah yang tentu kita tempuh dengan 7 langkah : 2 diantaranya dari ‘alamul khalq
dan 5 dari ‘alamul amr seperti hati, ruh, sir, al-khofif dan al-akhfa.
Adapun yang 2 adalah al-qolib dan an-nafs. Dari 2 hal tersebut tersusun
dari 4 unsur. Sebagian ulama’ Ahli ma’rifat berkata : “Adapun Anwarul
lathoif (cahaya latifah) adalah
1.Nur al-Qolbi (cahaya hati) berwarna kuning,
2.Nur ar-Ruh (cahaya ruh) berwarna merah,
3. Nur as-Sir berwarna putih,
4.Nur al-Khofiy berwarna hitam dan
5.Nur al-Akha berwarna hijau.
Telah berkata sebagian ulama’ yang lain : Bahwa al-itsbat
menurut ulama’ terdahulu tidak ada. Namun Syekh Muhammad Al-Baqi’ dan sahabat-sahabat
beliau yang sezaman dengannya berpendapat tentang adanya al-Istbat. الله اعلم
Ulama’ lain berpendapat bahwa an-nafi dan al-itsbat
untuk as-salik sedangkan al-itsbat al-mujarrod untuk al-
jadab. الله اعلم
Adapun bagian yang kedua adalah dzikir yang
timbul dalam hati. Sedangkan kasyaf
ada dengan sendirinya, 2 metode ini mengosongkan jiwanya dari segala
sesuatu kecuali hanya menunggu datangnya ma’rifat. Bila kata-kata hati
terputus darinya, ia menunggu seperti mencari air bagi orang yang dahaga dari
waktu ke waktu, hatinya bertambah kepada Allah. Yang paling rendah adalah menurut
kadar persiapannya dan luangnya waktu mereka, sesungguhya ia dengan kasyaf maka
tersingkaplah perkara atasnya, timbullah suara-suara ghaib ataupun penglihatan-penglihatan
yang terjadi dalam keadaan sadar dan mimpi.
Adapun cara menolak bala’ yang menimpa kita yaitu
dengan cara mengkhayal segala bentuknya, ancamannya dan menolaknya semaksimal
mungkin (dengan kekuatannya) kemudian dengan meyatukan seluruh himmahnya
(semangatnya). Dari waktu ke waktu dirinya akan bertambah dekat kepada Allah swt. Ini hal yang paling
rendah cara menolak bala’. الله اعلم
Syarat tindakan-tindakan ini dengan apapun caranya bisa menyambungkan diri
(kepada Allah) agar jiwa bisa sampai. Orang-orang yang menduduki pangkat terendah dari
yang menutup diri mereka akan tahu bagaimana caranya bisa sampai dan sanggup,
bagaimana cara mendapatkannya. الله اعلم
Telah berkata Al-Habib Abdurrahman Al-Idrus,
Kami akan menyebutkan sebagian sanad-sanad Thariqat ini. Aku berkata : Ketahuilah
Sesungguhnya pada Thariqah ini aku mempunyai banyak guru dan kami akan singkat
atas 3 tahap.
Yang pertama yaitu Gurunda Al-Habib Muhammad
Mustofa bin Syekh Al-Idrus dari gurunya
Al-Habib Muhammad Al-Maghrabi dari ayahnya
Al-‘Allamah Al-Habib Muhammad Yahya dari gurunya
Al-‘Allamah Syekh Muhammad Afdlol, beliau dari
Al-‘Allamah Al-Wali Al-Kalfawi, beliau dari
Sayyid Abil ‘Ali Al-Hasani Al-Akbar Ubady, beliau
dari pamannya dan gurunya yang sezaman yaitu
Sayyid Abdullah, beliau dari pamannya (saudara ibu)
dan gurunya
Syekh Muhammad Yahya, beliau dari pamannya (saudara
ayah) dan gurunya
Syekh Abdul Haq, beliau dari gurunya dan kakeknya
Al-Qutb Abdullah Ahrar, beliau dari
Ma’ruf Al-Jarokhy, beliau dari
Al-‘Allamah Syekh Al-Kabir Muhammad Baras, beliau
dari pendiri Thariqat ini
Al-Imam Syekh Bahauddin Al-Bukhory An-Naqsyabandy,
beliau dari gurunya
Syekh Amir Kulal, beliau dari gurunya
Syekh Baba Samasi, beliau dari
Syekh Ar-Romitany, beliau dari gurunya
Syekh Mahmud Al-Jabiry Faghnawiy, beliau dari
gurunya
Syekh ‘Azif Ar-Rawikarowiy, beliau dari gurunya
pendiri majelis ini
Abdul Kholiq Al-Gajdawany dari gurunya
Abu Ya’kub Yusuf Al-Hamdany dari gurunya
Abu ‘Ali Al-Gharamidy dari gurunya
Abu Al-Qosim Al-Kurkany At-Thusy dari
Abu Al-Hasan Ali bin Jakfar Al-Khorqony dari
Ruhaniyyah Sulthonul ‘Arifin
Abu Yazid Al-Bustami dari Ruhaniyyah Sulthonul
‘Arifin
Al-Imam Jakfar As-Shodiq dari gurunya sekaligus
kakeknya
Al-Qosim bin Muhammad bin Abu Bakar As-Shiddiq dari
gurunya
Syekh Salman Al-Farisi dari
Rasulullah Muhammad Saw. Thariqah Naqsyabandy juga
bermarja’ kepada Imam Ali. Beliau Imam Jakfar As-Shadiq mengambil ijazah dari
ayahnya Imam Muhammad Al-Baqir dari ayahnya Al-Imam Ali Zainal Abidin dari
ayahnya Al-Imam As-Syahid Al-Husein dari ayahnya Al-Imam Ali bin Abi Thalib
dari Baginda Rasulullah Muhammad saw. Sedangkan pada bagian kedua dan ketiga,
keduanya berasal dari Mustofa bin Umar Al-Muhdlor Al-Idrus dan dari guruku
Al-‘Allamah Al-Husein bin Abdurrahman bin Muhammad Al-Idrus, semuanya dari
Al-Allamah Jakfar As-Shadiq Al-Idrus, beliau dari gurunya Al-Qutb Al-Idrus Ali
bin Abdullah dari gurunya Al-Allamah Muhammad Saifuddin dari ayahnya Al-Arif
Syekh Muhammad dari ayahnya Syekh Ahmad, beliau dari gurunya saifuddin Syekh
Muhammad Baqi, beliau dari gurunya Syekh Khowajaky Al-Muktafy, beliau dari
gurunya Muhammad Darwis, beliau dari gurunya Muhammad Az-Zahid, beliau dari
gurunya Qadqal Ahrar Ubaidillah, beliau dari gurunya Ya’kub Al-Jamarikhy,
beliau dari gurunya AlQutb Syekh Bahauddin An-Naqsyabandy hingga sampai pada sanad terakhir.